Kepala kliyengan, sebuah kondisi yang seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari, dapat memiliki beragam penyebab yang perlu dipahami untuk penanganan yang efektif. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi beberapa penyebab umum serta cara mengatasinya.
1. Mabuk Perjalanan
Mabuk perjalanan adalah pengalaman yang umum dialami oleh banyak orang saat bepergian menggunakan transportasi darat, laut, atau udara. Sensasi pusing dan kliyengan yang menyertainya seringkali disebabkan oleh kesulitan otak dalam memproses sinyal dari berbagai anggota tubuh, yang pada gilirannya menghasilkan gejala seperti mual dan muntah.
2. Vertigo
Vertigo adalah kondisi di mana seseorang merasakan sensasi berputar atau pusing yang disebabkan oleh gangguan pada pusat keseimbangan di telinga atau otak. Beberapa kondisi yang dapat memicu vertigo meliputi Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), penyakit Meniere, dan tumor.
Baca: Tips Ampuh Mengatasi Vertigo Kambuh
3. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi, mengganggu fungsi normal tubuh. Selain menyebabkan kliyengan, dehidrasi juga dapat menyebabkan gejala lain seperti haus yang berlebihan dan urin pekat.
4. Hipotensi Ortostatik
Hipotensi ortostatik adalah kondisi di mana tekanan darah secara tiba-tiba turun saat seseorang berdiri dari posisi duduk atau berbaring. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor termasuk dehidrasi, kehamilan, atau masalah jantung.
5. Hipoglikemia
Kadar gula darah yang rendah dapat menyebabkan kliyengan karena tubuh berusaha menghemat energi. Gejala lain dari hipoglikemia termasuk berkeringat berlebihan, rasa lapar, dan gemetaran.
6. Anemia
Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah yang diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Kurangnya oksigen ini dapat menyebabkan sensasi kliyengan, kelelahan, dan sesak napas.
7. Efek Samping Obat
Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping berupa kliyengan, termasuk antikejang, antidepresan, atau obat penenang. Jika mengalami kliyengan setelah mengonsumsi obat tertentu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
8. Infeksi
Infeksi virus atau bakteri seperti COVID-19, flu, atau labirinitis juga dapat menyebabkan sensasi kliyengan. Penting untuk mencari perawatan medis jika kliyengan disertai dengan gejala infeksi.
9. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang dapat menyebabkan kliyengan karena kerusakan pada sel-sel saraf di otak yang mengatur gerakan dan keseimbangan.
10. Penyakit Jantung
Gangguan pada aliran darah ke otak akibat masalah jantung juga dapat menyebabkan kliyengan. Beberapa kondisi yang terkait dengan kliyengan ini meliputi penggumpalan darah, gagal jantung, atau stroke.
Meskipun kepala kliyengan umumnya bisa sembuh tanpa penanganan khusus, beberapa langkah dapat membantu meredakan gejalanya:
1. Hindari Perubahan Posisi Mendadak: Bangkitlah dari posisi duduk atau berbaring secara perlahan untuk mencegah terjadinya kliyengan.
2. Istirahat dan Bersantai: Beristirahatlah dalam posisi yang nyaman saat mengalami kliyengan, dan hindari aktivitas yang berpotensi memperburuk gejalanya.
3. Konsumsi Cairan: Pastikan untuk minum cukup air putih untuk mencegah dehidrasi, yang dapat memperburuk kliyengan.
4. Pertimbangkan Obat-obatan: Dokter dapat meresepkan obat-obatan seperti antihistamin atau diuretik untuk mengelola gejala kliyengan yang persisten atau berat.
5. Terapi Fisik: Terapi fisik atau rehabilitasi vestibular dapat membantu meningkatkan keseimbangan dan mengurangi gejala kliyengan.
6. Hindari Pemicu Kliyengan: Hindari konsumsi alkohol, kafein, dan makanan yang tinggi garam, serta batasi paparan terhadap situasi yang dapat memicu kliyengan, seperti panas yang berlebihan atau gerakan yang cepat.
7. Konsultasi dengan Dokter: Jika gejala kliyengan tidak membaik atau bahkan memburuk, konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
Kepala kliyengan bisa menjadi masalah yang mengganggu, namun dengan memahami penyebabnya dan mengikuti langkah-langkah pengelolaan yang tepat, gejalanya bisa dikendalikan dengan efektif.
Jika mengalami kliyengan yang parah atau berlangsung dalam waktu lama, penting untuk mencari bantuan medis untuk penanganan yang sesuai.