Nutriflakes® Official Website

+62 821-3573-2036
Penderita Asam Lambung Naik, Kaitannya dengan Masa Pandemi COVID-19
 
Penderita Asam Lambung Naik, Kaitannya dengan Masa Pandemi COVID-19

Penderita Asam Lambung Naik, Kaitannya dengan Masa Pandemi COVID-19

Menurut data Kementrian Kesehatan, penyakit gastrointestinal –khususnya gangguan asam lambung naik menempati 10 besar dalam jumlah penderita penyakit di Indonesia. Apalagi ketika pandemi mulai masuk ke Indonesia

Walaupun tidak mengancam jiwa, gangguan asam lambung ini sering menyebabkan kecemasan. Apalagi pada masa-masa coronavirus (pandemi) merebak di Indonesia.

Hampir satu tahun lebih masa pandemi ini menyerang Indonesia. Jumlah orang yang mengeluhkan sakit pada area lambung pun juga meningkat.

Perasaan stress saat pandemi (sumber: freepik)

Menurut salah satu dokter spesialis penyakit dalam, jumlah pasien yang mengeluhkan masalah-masalah pencernaan seperti maag, grastritis, asam lambung naik ketika masa pandemi.

Prof. Dr. Ari Fahrial Syam, selaku salah satu dokter di RSCM Kencana, mengatakan bahwa peningkatan ini berkaitan erat dengan pola hidup ketika masa pandemi COVID-19.

Apa itu gangguan Asam Lambung Naik?

Gangguan asam lambung naik ketika pandemi ini adalah penyakit pencernaan, di mana asam lambung mengiritasi lapisan dalam saluran makanan.

Jika asam lambung naik ke saluran makan atau kerongkongan lebih dari dua kali dalam seminggu, maka dapat mengindikasikan GERD.

Gejala dari gangguan asam lambung ini beragam, mulai dari perasaan panas dan tidak nyaman pada perut, mudah kenyang, mual atau muntah, serta perut cepat kembung.

Beberapa penyebab asam lambung ini berkaitan dengan pola makan. Misalnya, makan makanan berlemak, cara makan yang cepat, minum minuman beralkohol, dan mengonsumsi berbagai jenis obat.

Artikel terkait:

Pertolongan Pertama untuk Meredakan Asam Lambung Naik

Masa Pandemi COVID-19 di Indonesia

Pada bagian sebelumnya disebutkan bahwa peningkatan jumlah keluhan asam lambung naik ini berkaitan ketika masa pandemi. Namun, sebenarnya bagaimana sih masa pandemi ini?

Sejak bulan Maret 2020, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia, telah menetapkan mulainya pandemi COVID-19. Coronavirus disease atau sering disebut dengan COVID-19 ini bermula dari negara Tiongkok, tepatnya Kota Wuhan.

Pandemi sendiri adah sebuah wabah yang berjangkit secara serempak di mana saja. COVID-19 ini menjadi sebuah pandemi yang menyerang Indonesia setelah sebelumnya pernah merebak virus flu babi (H1N1).

Krisis kesehatan di Indonesia ini tidak hanya berdampak pada satu sisi kesehatan saja. Bidang-bidang lain seperti perekonomian, sosial, hingga budaya atau kebiasaan juga mendapat impak yang kuat.

Perekonomian di Indonesia menurun drastis ketika masa pandemi. Apalagi ketika masa-masa karantina menyeluruh direalisasikan.

 Kebijakan-kebijakan yang dilakukan ketika masa pandemi COVID-19 ini sangat mempengaruhi pereknomian negara dengan berbagai cara. Contohnya adalah produksi barang dan investasi menjadi terhambat.

Selain itu, berbagai barang menjadi langka dan mahal. Tatanan ekonomi negara secara makro pun menjadi berantakan atau rusak.

Perekonomian Indonesia yang loyo ini juga membuat banyak orang kehilangan pekerjaan utama mereka. Oleh karenanya, daya beli masyarakat menjadi berkurang sehingga pendapatan negara atau daerah pun juga menurun.

Secara sosial pun, kegiatan masyarakat menjadi sangat terbatas. Aktivitas atau kegiatan sosial yang dulunya leluasa untuk dilakukan terpaksa harus dihentikan.

Manusia sebagai makhluk sosial, yang notabene membutuhkan orang lain, menjadi turun intensitas berinteraksi dengan orang lain. Artinya, kebutuhan bersosialisasi ini tidak dapat terpenuhi.

Dampak pandemi yang sangat terasa bagi kita adalah kebiasaan yang dilakukan pada sehari-harinya. Krisis kesehatan ini pastinya juga mengubah budaya atau kebiasaan yang kita miliki.

Salah satunya adalah kebiasaan dalam bidang kesehatan, seperti selalu memakai masker jika berpergian. Selain itu, masyarakat menjadi lebih terbiasa dengan mencuci tangan dan membersihkan diri setelah melakukan aktivitas apapun.

Berbagai keadaan di atas tidak lepas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia.

Penderita Asam Lambung Naik ketika Pandemi COVID-19

Selain penjelasan di atas, masih banyak dampak lainnya yang diakibatkan dari pandemi. Salah satu contohnya adalah meningkatnya keluhan akan asam lambung naik yang masuk ke rumah sakit.

Menangani gangguan asam lambung sebenarnya tidak jauh dari pola makan serta gaya hidup yang dilakukan oleh penderita.

Cara mencegah dan mengobati dari gangguan asam lambung ini juga sebagian besar kembali lagi pada pola makan dan gaya hidup. Artinya, membangun kebiasaan sehat menjadi salah satu kuncinya.

Penyebab Penderita Asam Lambung Naik ketika Pandemi COVID-10

Namun, bagaimana jika kebiasaan-kebiasaan yang sudah kita bangun harus hancur karena merebaknya coronavirus disease?

Padahal penderita asam lambung ini sangat bergantung dengan kebiasaan hidup yang mereka jalani.

Akibatnya, keluhan akan gangguan asam lambung ini akan meningkat terus menerus seperti yang telah dikatakan oleh salah satu dokter spesialis dalam sebelumnya.

Berikut adalah 4 penyebab penderita asam lambung naik ketika pandemi COVID-19:

1. Perubahan Pola atau Gaya Hidup

Selain perubahan di berbagai sektor kehidupan, pandemi COVID-19 ini juga memaksa perubahan pada gaya atau pola hidup.

Salah satu kebijakan pemerintah adalah mengharuskan agar masyarakat mengurangi aktivitas mereka di luar rumah. Sehingga kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di luar rumah berganti menjadi di dalam rumah.

Hal tersebut terjadi pada berbagai tempat pekerjaan. Kebiasaan harus pergi ke kantor berubah menjadi kerja di rumah atau sering dikenal dengan WFH (Work from Home).

Banyak perusahaan yang mengubah kebiasaan tersebut sehingga kita tidak perlu lagi datang ke kantor. Sebagian kebutuhan kantor dipenuhi dengan cara online.

Artinya, walaupun para pekerja tidak hadir secara fisik tetapi kantor masih terus berjalan.

2. Tidak Banyak Aktivitas

Bekerja di rumah ini membuat aktivitas yang kita jalani menjadi berkurang daripada biasanya. Misal, sebelumnya kita harus berjalan atau berkendara untuk dapat sampai di kantor.

Kini kita hanya perlu berdiam di rumah dengan duduk dan laptop atau smartphone di hadapan kita. Artinya, aktivitas yang dapat dijadikan olahraga singkat menjadi tidak ada.

Hal ini tidak terbatas oleh orang-orang yang harus pergi ke kantor atau tempat mencari uang. Namun, anak-anak yang harusnya pergi ke sekolah pun juga hanya dapat berdiam diri di dalam rumah.

Apalagi, ketika bersekolah terdapat olahraga yang menjadi pelajaran wajib. Biasanya guru di sekolah memberikan aktivitas fisik tetapi hal ini harus ditiadakan karena keterbatasan.

3. Stress

Menurut berbagai penelitian, stress secara signifikan dapat meningkatkan risiko gangguan asam lambung naik. Oleh karena itu, penderita asam lambung harus menjauh dari keadaan stress.

Namun, minimnya interaksi dan keadaan yang tidak pasti saat pandemi COVID-19 ini dapat menimbulkan stress.

Apalagi ketika kita tidak bisa menjalankan aktivitas seperti biasa dan perasaan takut terkena coronavirus disease. Keadaan tersebut menambah risiko munculnya stress pada seseorang.

Kondisi seperti ini dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti diabetes, asam urat, dan tentu saja asam lambung naik. Artinya, keadaan stress ini menjadi salah satu penyebab asam lambung naik ketika pandemi.

4. Pola Makan dan Istirahat Tidak Teratur

Tidur yang Tidak Teratur (sumber: freepik)

Keadaan stress yang dimiliki oleh seseorang akan berpengaruh pada pola makan dan istirahat. Hal ini dikarenakan makan dan istirahat menjadi salah satu coping mechanism ketika orang mengalami stress.

Padahal penyebab utama dari gangguan asam lambung naik ketika pandemi adalah makan yang tidak teratur. Oleh karena itu, penderita asam lambung ini harus selalu memperhatikan makanan yang mereka konsumsi.

Belum lagi jika penderita asam lambung membutuhkan makanan-makanan khusus. Bisa saja penderita kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan tersebut karena bahan yang langka atau tidak ada toko yang buka.

Kesimpulan

Demikian pembahasan tentang penderita asam lambung naik ketika masa pandemi COVID-19 ini.

Melalui penjelasan di atas dapat dilihat bahwa perubahan-perubahan yang terjadi karena pandemi COVID-19 ini juga memberi pengaruh terhadap jumlah keluhan asam lambung.

Terutama perubahan kebiasaan yang menjadi pilar utama dalam menangani gangguan asam lambung naik.

Namun, penyakit asam lambung ini dapat ditangani dengan mengonsumsi makanan sehat. Misalnya, Nutriflakes, sereal umbi garut yang berfungsi untuk meredakan gangguan asam lambung.

Sereal sehat ini diracik menggunakan 5 bahan utama yang alami dan sehat, seperti: umbi garut, kelor, susu etawa, psyllium husk, dan gula aren.

Bahan-bahan tersebut sangat cocok untuk merawat sistem pencernaan. Hidup sehat bersama Nutriflakes!


Bagikan Artikel:

Kategori:

Info Sehat