Gastritis adalah suatu kondisi peradangan atau pengikisan lapisan lambung yang bisa menyebabkan iritasi lambung dan menghasilkan gejala fisik yang mirip dengan sakit maag.
Meskipun terkadang istilah gastritis dan maag sering digunakan bergantian oleh masyarakat, namun keduanya sebenarnya merujuk pada masalah yang berbeda.
Maag adalah istilah yang digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk menggambarkan gejala seperti rasa sakit perut, mual, muntah, nyeri dada, perut kembung, sensasi begah, dan sensasi asam di mulut.
Meskipun maag sendiri bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala yang mengindikasikan adanya masalah tertentu. Salah satu masalah yang dapat menyebabkan gejala maag adalah iritasi lambung.
Iritasi lambung bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, termasuk infeksi bakteri H. pylori, dampak dari penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid (seperti ibuprofen dan aspirin), stres, konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat, reaksi autoimun, pertambahan usia, dan berbagai penyakit lainnya.
Selain itu, berikut adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena gastritis:
· Alergi makanan.
· Stres atau kelelahan.
· Konsumsi makanan pedas dan tinggi lemak (seperti makanan gorengan).
· Gaya hidup tidak sehat, termasuk pola makan yang tidak teratur, merokok, dan minum alkohol.
· Kelebihan berat badan (obesitas).
· Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, aspirin, steroid, dan pil kontrasepsi.
· Kondisi medis tertentu, seperti HIV/AIDS, penyakit Crohn, refluks empedu, anemia, dan pernisiosa.
Dari berbagai penyebab yang sudah di jabarkan sangat penting untuk selalu menjaga kesehatan lambung agar keluhan tidak semakin bertambah.
Gastritis (iritasi lambung) dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan perkembangan gejalanya, yakni gejala akut yang muncul secara tiba-tiba dan gejala kronis yang berkembang secara perlahan.
Gejala umumnya termasuk nyeri perut, hilangnya nafsu makan, perut kembung, cegukan, mual, muntah, sakit perut, gangguan pencernaan, tinja berwarna hitam, dan sensasi kenyang saat makan.
Dalam upaya mengidentifikasi gastritis, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan, menggali riwayat keluarga terkait gastritis, melakukan pemeriksaan fisik, dan melakukan tes lebih lanjut jika diperlukan. Tes tambahan yang mungkin dilakukan meliputi:
· Tes napas untuk mendeteksi bakteri H. pylori dalam tubuh.
· Endoskopi untuk melihat tanda-tanda peradangan di lambung.
· Pemeriksaan X-ray dan cairan barium untuk mendeteksi tukak lambung.
· Pemeriksaan tinja untuk mendeteksi pendarahan atau infeksi dalam lambung.
· Pemeriksaan kadar sel darah untuk mengevaluasi adanya anemia.
Setelah diagnosa ditegakkan, dokter biasanya meresepkan obat-obatan untuk mengatasi gastritis. Pengobatan tersebut perlu diikuti sesuai dosis dan arahan dokter. Selain obat-obatan, mengubah gaya hidup juga bisa membantu mengatasi gastritis.
Hal ini termasuk makan dengan porsi kecil namun lebih sering, mengonsumsi makanan matang, serta mencuci tangan sebelum makan.
Untuk mencegah gastritis, Anda dapat:
· Tidak merokok.
· Mengatur pola makan.
· Menjaga berat badan ideal.
· Menghindari obat pereda nyeri tanpa pengawasan dokter.
· Mengonsumsi makanan sehat berlemak dan berprotein.
· Memperhatikan posisi tidur, dengan tidur condong ke sisi kiri dan bantal yang lebih tinggi.
Namun, perlu diingat bahwa pengobatan medis sebaiknya tidak dilakukan sembarangan. Misalnya, penggunaan obat pencahar secara berlebihan dapat mengganggu kemampuan tubuh dalam membuang kotoran dan berpotensi menyebabkan sembelit kronis.
Konsultasikan dengan dokter sebelum memutuskan menggunakan obat pencahar. Jika gejala gastritis mengganggu aktivitas, segera konsultasikan dengan dokter untuk penanganan yang tepat.
Artikel lainnya: