Nutriflakes Official Website

+62 852-8005-8456
Dispepsia Fungsional: Gejala, Penyebab, serta Pengelolalaannya
 
Dispepsia Fungsional: Gejala, Penyebab, serta Pengelolalaannya

Dispepsia Fungsional: Gejala, Penyebab, serta Pengelolalaannya

Dispepsia fungsional adalah istilah untuk menyebutkan gejala sakit perut, di mana kondisi tersebut terjadi berulang-ulang tanpa penyebab yang jelas. Gejala sakit perut ini dapat diatasi dengan beberapa pilihan pengobatan. Hanya saja, solusi pengobatan setiap orang akan berbeda satu sama lain.

Gejala dispepsia fungsional ini sering kali terjadi, sangat konstan, meskipun gejalanya tidak muncul setiap saat. Memiliki gejala yang hampir mirip dengan maag, dispepsia fungsional sering kali diartikan sebagai gangguan maag.

Gejala dispepsia fungsional

  • Perut terasa nyeri atau terbakar.
  • Perut kembung.
  • Sering bersendawa.
  • Sering mual setelah makan.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Perut di bagian atas terasa penuh.

Gejala dari dispepsia fungsional adalah gejala yang sulit diprediksi, dapat hilang ataupun timbul tanpa alasan yang jelas. Tidak dapat dipastikan pula apakah terdapat hal tertentu untuk membuat gejala lebih baik ataupun lebih buruk.

Meskipun dispepsia fungsional bersifat kronis dan dapat berlangsung dalam waktu cukup lama,kondisi ini dapat hilang untuk sementara waktu dan akan timbul kembali tanpa alasan yang diketahui secara pasti.

Beberapa ahli mengklasifikasikan gejala dispepsia fungsional menjadi dua kategori, yaitu:

  • Sindrom Nyeri Epigastrik (EPS), berupa gejala yang berhubungan dengan nyeri dada bagian atas dan timbul rasa terbakar.
  • Sindrom Distres Postprandial (PDS), berupa gejala yang terjadi setelah makan, seperti timbul rasa kenyang, kembung, dan mual.

Penyebab Dispepsia Fungsional

Pada dasarnya, penyebab dispepsia fungsional belum diketahui secara jelas. Para ahli menilai bahwa kondisi ini berhubungan dengan peradangan akut pada usus. Terdapat pula beberapa penyakit atau kondisi tertentu yang dapat meningkatkan risiko terjadinya dispepsia fungsional adalah sebagai berikut:

  • Infeksi bakteri H. Pylori.
  • Perubahan keseimbangan bakteri di usus.
  • Penyakit asam lambung.
  • Gangguan fungsi lambung saat mengolah makanan.
  • Terdapat peradangan di saluran pencernaan bagian atas.
  • Efek samping dari obat-obatan.

Selain kondisi medis di atas, dispepsia fungsional juga dapat terjadi karena gaya hidup tidak sehat, sebagai berikut:

  • Makan tidak teratur.
  • Terlalu sering konsumsi makanan pedas, manis, berlemak, dan berminyak.
  • Konsumsi minuman berkafein dan beralkohol.
  • Kebiasaan merokok.
  • Makan secara terburu-buru dengan porsi yang besar.
  • Berbaring atau tidur setelah makan.

Terdapat pula fakto kecemasan, stres, dan depresi yang dapat menjadi penyebab timbulnya gejala dispepsia fungsional ini.

Tidak semua orang yang mengalami gejala dari dispepsia fungsional tersebut akan tahu tindakan apa yang sebenarnya harus dilakukan. Kapan harus mendapatkan penanganan dan kapan harus ke dokter.

Baca: Menelusuri Penyebab dan Penanganan Sindrom Dispepsia

Kapan Harus ke Dokter

Anda dapat segera mencari pertolongan profesional medis apabila mengalami:

- Kotoran berwarna gelap dan lembek.
- Muntah darah.
- Nyeri di rahang, leher, atau lengan.
- Sesak napas.
- Penurunan berat badan yang sulit dijelaskan.

Lantas, bagaimana cara mendiagnosis kondisi ini?

Cara Diagnosis Dispepsia Fungsional

  • Tes Darah

Tes darah dapat dilakukan guna memeriksa infeksi dan penyakit umum untuk menjelaskan gejala yang dialami.

  • Endoskopi Bagian Atas

Cara ini berfungsi melihat ke bagian dalam organ  untuk mengetahui adanya masalah struktural atau tidak.

  • Tes Napas

Tes ini bertujuan untuk menyaring bakteri abnormal di usus. Tes Napas urea dapat mendeteksi infeksi H. Pylori.

  • Studi Pengosongan Lambung

- Studi ini bertujuan untuk melihat seberapa lama waktu yang dibutuhkan makanan atau minuman untuk melewati lambung dan mengosongkannya.

Setelah dispepsia fungsional dapat dipastikan, dokter akan memberikan penanganan yang tepat, seperti memberikan obat medis berikut ini:

  • Simetichone, untuk membantu mengurangi gas dalam usus, sehingga efektif mengatasi perut kembung karena dispepsia fungsional.
  • Antagonis H2, untuk mengurangi produksi asam lambung.
  • Penghambat Pompa Proton, untuk menghambat enzim yang memproduksi asam lambung.
  • Agen Prokinetik, untuk membantu pengosongan lambung agar lebih cepat.
  • Antidepresan Dosis Rendah, untuk membantu mengurangi keluhan nyeri ulu hati pada dispepsia fungsional.
  • Antibiotik, untuk gejala dispepsia yang timbul akibat dari bakteri H. Pylori.

Baca juga:

Perbedaan Dispepsia dan Gastritis, Panduan Lengkap untuk Pemahaman dan Penanganan

Nutriflakes--Banner-PRJ-2024
 

Bagikan Artikel: